Arifdiarto
Ambar Wirawan (Kelik) – Lulusan SMA Jadi Pengusaha Sukses
Di balik kesuksesan pasti ada yang melatarbelakangi , dan
kesuksesan mestinya di mulai dari nol dulu. Memang tidak gampang menjadi orang
sukses, butuh usaha keras untuk mencapainya.
Kebanyakan lulusan perguruan tinggi yang sudah menjadi
sarjana, bekerja di kantoran dengan setelan jas yang parlente dan mendapat gaji
banyak dengan pangkat yang tinggi adalah hal yang menjadi mimpi mereka. Tapi,
apakah mimpi itu semanis kenyataan yang ada? Sama sekali tidak. Bagi kalian
yang sudah sarjana dan masih menjadi pengangguran, tidak ada salahnya anda
menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu tidak akan menjadi anda hina
atau mendadak tidak diakui kesarjanaan anda.
Dan jangan sekalipun meremehkan hal kecil dan jangan
sekalipun meremehkan orang yang tidak selevel anda kesarjanaannya. Simak kisah
seorang lulusan SMA yang sukses menjadi pengusaha muda yang menggeluti usaha
makanan ringan dan jika dibandingkan dengan gaji seorang manajer bank,
penghasilan pengusaha muda ini jauh berlipat lebih besar.
Kelik, Lulusan SMA yang Jadi Pengusaha Sukses
Meski hanya lulusan sekolah menengah atas, Arifdiarto Ambar
Wirawan (35) atau yang akrab disapa Kelik berhasil menjadi pengusaha sukses.
Usaha geplak dan peyek tumpuk yang sudah digelutinya selama 10 tahun ini mampu
meraih omzet hingga Rp 60 juta per bulan.
Dengan margin 30 persen, Kelik bisa menyisakan keuntungan
sekitar Rp 18 juta per bulan. Nilai yang luar biasa bagi pengusaha di Kabupaten
Bantul, DI Yogyakarta. Meski sudah sukses, ia belum merasa puas. Penambahan
cabang gerai baru di kota lain menjadi obsesinya ke depan.
Kelik membuka usaha geplak dan peyek tumpuk bersama istrinya,
Sri Kasih (32), di Jalan Wahid Hasyim, Bantul. Toko berukuran 5 x 8 meter itu
berdampingan dengan rumah tempat tinggalnya sekaligus lokasi produksi. Dulu,
toko itu hanya berupa bangunan bambu, tetapi kini sudah berkembang menjadi
bangunan permanen dengan desain lebih menarik.
Dalam sehari, Kelik membutuhkan sekitar 2,5 kuintal gula
pasir untuk membuat geplak. Untuk peyek tumpuk, ia butuh sekitar 50 kilogram
kacang dan 25 kilogram tepung beras per hari. Untuk membantunya berproduksi, ia
mempekerjakan 20 tenaga kerja.
Apa istimewanya geplak buatan Kelik. Menurut dia, ia hanya
menggunakan gula asli tanpa pemanis sehingga rasa manisnya lebih mantap. Tak
heran jika geplak yang dijual seharga Rp 16.000 per kilogram itu laris manis.
”Kalau bentuknya hampir sama produk milik orang lain, tetapi dari segi rasa,
konsumen bisa membedakannya,” katanya.
Untuk membuat geplak, ia memakai kelapa, gula, dan aroma
sesuai selera. Proses pembuatan geplak diawali dengan pemarutan kelapa lalu
santannya ditempatkan di kuali dan dicampur dengan gula kemudian diaduk.
Setelah dinaikkan ke tungku sekitar 4 jam, lalu diturunkan dan diberi aroma,
olahan itu kemudian dibentuk dan diangin-anginkan selama 10 menit.
Menurut Kelik, produknya yang dinilai istimewa adalah peyek
tumpuk. Sesuai dengan namanya, peyek tersebut dibuat dengan cara menyusun
sehingga membentuk rangkaian peyek. Berbeda dengan peyek pipih yang dimasak
dengan satu kali penggorengan, peyek tumpuk digoreng selama tiga kali.
Pertama, penggorengan dimaksudkan untuk membuat susunan
peyek. Setelah terbentuk susunan, peyek dipindahkan ke penggorengan kedua. Pada
penggorengan pertama, nyala api harus kuat agar efek panasnya tinggi. Tujuannya
supaya kacangnya bisa lekas matang. Di penggorengan kedua, nyala api justru
lebih kecil karena tujuannya supaya peyek secara keseluruhan bisa matang.
”Kalau apinya terlalu besar, bisa gosong,” ujar bapak tiga anak ini.
Sebelum masuk ke penggorengan terakhir, peyek terlebih
dahulu diangin-anginkan selama semalam. Tujuannya supaya peyek benar-benar
renyah dan gurih. Peyek tersebut dijual seharga Rp 32.000 per kilogram. Untuk
proses pengapian, ia memanfaatkan tempurung kelapa.
”Untuk membuat peyek dan geplak, dalam sehari saya butuh
sekitar 750 butir kelapa. Kalau tempurungnya tidak saya manfaatkan kan sayang.
Hitung-hitung, ongkos produksi bisa ditekan, apalagi harga gas dan minyak tanah
sudah sangat mahal,” katanya.
Ide pembuatan peyek tumpuk sebenarnya berasal dari mertuanya
yang kebetulan bernama Mbok Tumpuk. Sebagai menantu, Kelik berhasil
meningkatkan usaha mertuanya dengan tetap mempertahankan nama Mbok Tumpuk
sebagai identitas produknya.
Menurut Kelik, membuka usaha di bidang makanan awalnya
tergolong susah. Karena belum dikenal masyarakat, biasanya penjualan masih
minim. Kalau tidak kuat, si pengusaha bisa saja memutuskan untuk berhenti.
”Bagi saya, usaha butuh konsistensi. Meski awalnya tidak
laku, saya harus terus berproduksi. Saya tidak boleh menyerah. Konsistensi juga
faktor utama untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan,” paparnya.
Selain konsistensi, lanjut Kelik, faktor kejujuran juga
memegang peranan penting. Kepada pembeli, ia selalu menginformasikan soal masa
kedaluwarsa produknya. Kalau waktunya tinggal sedikit, ia menyarankan pembeli
tidak mengambilnya, apalagi jika peyek atau geplak tersebut akan dibawa ke luar
kota.
Kelik hanya menjual geplak dan peyeknya di toko sendiri. Ia
sengaja tidak menitipkannya ke toko-toko lain meski banyak permintaan. Ia
khawatir bila dititipkan, harga dan kualitas tidak bisa terkontrol. ”Bisa saja
di toko lain produk kami dijual sangat mahal. Mereka juga bisa saja menjual
produk kedaluwarsa. Kalau sudah begitu, citra kami pasti hancur,” katanya.
Ia berharap bisa membuka gerai sendiri di kota-kota besar.
Dengan pengendalian sendiri, ia yakin usahanya bisa maju karena semuanya lebih
terkontrol. Sampai sekarang saja, Kelik bersama istri masih terlibat langsung
dalam proses peracikan bumbu.
”Jangan
terlalu percaya dengan karyawan. Semuanya harus kami monitor selama kami masih
sanggup,” ujarnya.
Kesimpulan : Jujur dan pantang
menyerah itulah kuncinya
Muhammad Rozin – Ayam Penyet Kesuksesan
BISNIS AYAM
PENYET — Meski
kesuksesan hidup telah diperoleh Muhammad Rozin atau akrab disapa Pakde , tidak
membuatnya merubah penampilannya yang sederhana dan bersahaja. Pakde merupakan
pria pemilik warung makan ayam penyet Budhe di Bengkong, Batam,
Kepulauan Riau. Berkat usaha warung makan ayam penyet inilah ia bisa membeli
rumah, mobil dan berbagai keperluan hidupnya. Tidak hanya satu warung makan
ayam penyet yang telah didirikan, ada beberapa rumah makan ayam penyet yang ia
kelola di Batam. Pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang per hari.
Namun siapa sangka ternyata perjalanan Pakde mendirikikan rumah makan ini cukup panjang dan berliku. Semua dilakukannya dari nol dan miskin pengalaman. Awal pertama kali Pakde hijrah ke Batam pada tahun 1965, ia tidak memiliki pekerjaan sehingga ia terpaksa harus bekerja serabutan.
Namun siapa sangka ternyata perjalanan Pakde mendirikikan rumah makan ini cukup panjang dan berliku. Semua dilakukannya dari nol dan miskin pengalaman. Awal pertama kali Pakde hijrah ke Batam pada tahun 1965, ia tidak memiliki pekerjaan sehingga ia terpaksa harus bekerja serabutan.
Berbekal
uang 625 ribu ia memulai profesi sebagai tukang ojek, uang tersebut digunakan
untuk menyewa sebuah sepeda motor selama sebulan. Namun tak lama kemudian,
sepeda motor yang ia sewa itu disewakan ke orang lain. Pakde hanya menerima
setoran dari uang sewa ojek tersebut.
Dari hasil
setoran menyewakan ojek tersebut ia jadikan modal untuk membuka warung ayam
penyet. Dalam mengelola usaha warung ayam penyet ini Pakde barbagi tugas dengan
isterinya, isterinya diberi tugas sebagai manajer keuangan. Modal yang ia
gunakan untuk membuka usaha warung ayam penyet ini hanya 1,2 juta. Selain usaha
warung ayam penyet, Pakde juga menjalankan usaha warung sembako.
Ketelatenannya
menjalankan setiap usaha membuat kehidupan Pakde semakin membaik, meski ia
tetap mendapatkan penghasilan dari ojek, ia memiliki penghasilan dari warung
ayam penyet dan warung sembako.
Dalam
mengelola usaha ayam penyet , Pakde tidak sembarangan dalam masalah bumbu.
Bumbu harus 100 persen asli, tidak boleh ada campuran atau imitasi. Sehingga,
rasanya tetap lezat dan membuat pelanggan kangen mencobanya lagi.
Selain
masalah citarasa kiat sukses usaha warung ayam penyet tergantung juga pada
lokasi. Karena itu Pakde Selalu melakukan survey lokasi-lokasi yang kira-kira
strategis untuk usaha ayam penyet. Cara survey lokasi untuk usaha ayam penyet
cukup sederhana, pukul 00.00 WIB ke atas, dia menyurvei lokasi yang akan
didirikan usaha. Jika lokasi tersebut ramai, maka dipastikan tempat itu cocok
untuk usaha dagang.
Kesuksesan
pakde dengan ayam penyet tidak lepas dari kegigihan dan ketekunannya
merintis usaha dan mengumpulkan modal sedikit demi sedikit. Hinga kini menjadi
pengusaha ayam penyet sukses di kota Batam.
Kesimpulan :
Telaten dalam menjalankan suatu usaha adalah salah satu kunci sukses wirausaha
Rustono – Tempe Idonesia Di Negeri Sakura
Terlahir
di kota kecil Grobogan, Jawa Tengah ternyata tidak menyurutkan semangat juang
Rustono (43) untuk meraih mimpi besarnya. Siapa sangka bila seorang mantan bell
boy Hotel Sahid Yogyakarta ini sekarang bisa sukses merintis usaha tempe di
negeri sakura (Jepang) serta mendapatkan gelar khusus yakni The King of Tempe.
Meskipun
bisnisnya kini telah berkembang dengan pesat, namun perjalanan suksesnya dalam
membangun usaha tempe tidaklah semulus apa yang kita bayangkan. Setelah
memutuskan untuk menuntut ilmu di Akademi Perhotelah Sahid pada tahun 1987, Ia
kemudian merintis karirnya sebagai seorang bell boy di Hotel Sahid Yogyakarta
hingga bertahun-tahun lamanya. Pengalaman inilah yang kemudian mempertemukan
Rustono dengan seorang wanita asli Jepang bernama Tsuruko Kuzumoto, yang kini
telah dipersunting sebagai istrinya.
Di
tahun 1997, Rustono memutuskan untuk hijrah ke Kyoto, Jepang untuk melanjutkan
hidup baru bersama istri tercintanya. Dari sinilah perjuangan Rustono mulai
dirintis dari awal. Ia bekerja di beberapa perusahaan Jepang mulai dari
perusahaan sayur-mayur higga perusahaan roti yang semuanya menuntut ketelitian
dan tanggungjawab cukup besar dari para karyawannya. Rustono yang saat itu
berprofesi sebagai seorang karyawan, mendapatkan banyak ilmu dari masyarakat di
negeri matahari terbit tersebut, baik dari perilaku hidup sehari-hari maupun
dari segi etos kerja para karyawan yang relatif cukup tinggi.
Awal
Merintis Usaha Tempepengusaha sukses 133x200 Sukses Merintis Usaha Tempe di
Negeri Sakura
Berbekal
pengalaman dan pengetahuannya di beberapa sektor industri, hati kecil Rustono
mulai terdorong untuk membuka peluang bisnis baru yang belum pernah ada
sebelumnya di Negara Jepang. Terinspirasi dari makanan nato (sebangsa makanan
dari kedelai yang rasanya sangat khas orang Jepang), ayah dari Noemi Kuzumoto
ini mencoba menekuni sektor bisnis makanan dan membuat tempe dengan sedikit
pengetahuan yang pernah Ia ketahui.
Proses
trial and error Ia jalani kurang lebih selama empat bulan, bahkan Ia rela
pulang ke Indonesia selama tiga bulan hanya untuk belajar membuat tempe yang
lezat dari 60 pengrajin tempe di seluruh Pulau Jawa. Kuatnya tekad dan semangat
Rustono untuk terus belajar memproduksi tempe, akhirnya membuahkah hasil manis
sehingga Ia berhasil membuat tempe yang lezat dengan bantuan ragi dari
Indonesia, dan memanfaatkan sumber mata air di sekitar kediaman mertuanya.
Setelah
berhasil memproduksi tempe dengan sempurna, ternyata masih banyak kendala usaha
yang dihadapi oleh Rustono. Salah satunya yaitu mengenai izin produksi di
Negara Jepang yang cukup rumit (harus melalui berbagai tahap penelitian dan
tes), serta kendala iklim alam yang kurang bersahabat karena memiliki
kelembapan udara kurang dari 60%, sehingga proses fermentasi tempe tidak bisa
berjalan maksimal tanpa bantuan peralatan khusus yang bisa menjaga kestabilan
cuaca.
Semua
kendala tersebut dijadikannya sebagai sebuah tantangan baru, hingga pada
akhirnya Ia berhasil mengantongi perizinan dari pemerintah setempat dan
memasarkan produk tempenya dengan merek Rusto Tempeh yang dilengkapi dengan
ilustrasi gambar suasana kehidupan kampung di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan
kemasan produk 200 gram, sekarang ini kapasitas produksi Rusto Tempeh bisa
mencapai 16.000 bungkus setiap lima hari. Ia memasarkan produk tempenya hampir
ke seluruh kota di Jepang, baik di perusahaan jasa boga, rumah makan
vegetarian, toko swalayan, sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di
Fukuoka.
Kerja
keras dan semangat juang Rustono di negeri sakura, kini telah terbayar dengan
keberhasilan usaha tempe yang Ia rintis. Bila dulunya usaha tempe Rustono
dijalankan di rumah kecilnya, kini suami Tsuruko Kuzumoto ini telah membangun
pabrik tempe di kawasan pinggir hutan yang bermata air dan memanfaatkan lahan
seluas 1.000 meter2. Semoga kisah pengusaha sukses dari Grobogan, Jawa Tengah
ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh lapisan
masyarakat untuk segera memulai usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam
sukses.
Kesimpulan
: Bekerja keras dan pantang menyerah dalam menggeluti suatu usaha akan
membuahkan hasil positif dalam suatu usaha
Bekerja sebagai cleaning service merupakan awal mimpinya untuk hidup mandiri dan dapat membiayai kuliah. Namun, karena kesibukannya bekerja sebagai cleaning service di restoran cepat saji tersebut, Nurul Atik harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikannya. Ia malah membangun sendiri usaha makanan cepat saji yang kini sukses.
Anda pasti pernah mendengar ungkapan: “Orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.” Ungkapan ini mungkin cocok disematkan bagi seorang Nurul Atik. Pria asal Jepara ini menapaki kesuksesan dari jalan berliku.
Mantan cleaning service ini sekarang memiliki Rocket Chicken, perusahaan waralaba di bidang makanan cepat saji. Kini, ia memiliki 83 mitra di seluruh Indonesia. Ia mendapat pembayaran biaya royalti hingga Rp 100 juta dari para mitra.
Sebelum menjadi Presiden Direktur Rocket Chicken, Nurul bekerja sebagai seorang cleaning service di California Fried Chicken (CFC) di Semarang, Jawa Tengah. Dari seorang tukang bersih-bersih resto cepat saji, kini dia menjadi bos resto cepat saji milik sendiri.
Kisah Nurul dalam menapaki dunia kerja berawal ketika ia lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), 20 tahun lalu. Lantaran ingin meringankan beban orang tua, Nurul pun berencana untuk melanjutkan kuliahnya dengan biaya sendiri.
Sempat menganggur selama setahun mencari pekerjaan, Nurul akhirnya diterima bekerja di CFC di Jalan Pemuda Semarang. Nurul bekerja sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada saat itu yakni sebagai cleaning service alias tukang bersih-bersih di restoran cepat saji itu.
Selama tiga bulan, Nurul menjadi karyawan dengan status trainee. Gaji pertama Nurul sebagai cleaning service pada saat itu hanya Rp 35.000 per bulan. Ia harus membagi gaji itu untuk kebutuhan makan, kos, dan biaya transportasi. Dengan jumlah gaji yang pas-pasan tersebut, sering ia harus berutang pada rekan-rekannya di CFC.
Karena kinerjanya yang bagus, ia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Selang tiga bulan berjalan, akhirnya Nurul diangkat menjadi tukang cuci piring selama empat bulan.
Ia cepat bergeser ke posisi juru masak selama empat bulan. Karena kinerjanya semakin hari semakin baik Nurul diangkat lagi menjadi kasir selama enam bulan. Tak hanya sampai di situ, Nurul lalu naik pangkat menjadi seorang supervisor selama satu tahun.
Nurul juga mengecap posisi sebagai asisten manajer selama dua tahun di perusahaan yang sama. Karena kekosongan di bagian audit, Nurul kemudian menggantikan posisi tersebut selama tiga bulan. Tak memerlukan waktu yang lama, pria yang kini berusia 42 tahun ini mengecap posisi manajer areal selama dua tahun.
Posisi manajer areal mengharuskan Nurul berkeliling dari kota satu ke kota yang lain untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan baru mulai dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Magelang, dan Solo, hingga Yogyakarta.
Dengan kesibukannya bekerja di restoran cepat saji tersebut, Nurul mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. “Pada saat menjadi cleaning service, ternyata jam kerjanya shift sehingga saya tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keinginan untuk kuliah,” tutur Nurul.
Namun, ia tak putus asa. Nurul mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. “Setiap melangkah kita harus memiliki niat yang kuat dan harus ditekuni,” tandas Nurul.
Ia juga mengungkapkan, dalam menjalankan segala kegiatan harus dilandasi dengan percaya diri dan semangat. Menurutnya, ia mendapat banyak pelajaran selama bekerja di restoran cepat saji CFC. Ia banyak mendapat ilmu dari rekan-rekannya yang berkerja di tempat tersebut, dari mulai menghargai hidup sampai pada pengelolaan restoran.
Pada saat bekerja sebagai cleaning service di CFC, Nurul memang tidak memikirkan jumlah pendapatan atau gaji yang ia terima. Ia hanya terus berpikir untuk bekerja sambil belajar apa saja yang didapatnya kala itu.
Karena keinginan yang kuat untuk hidup mandiri itu, Nurul memutuskan mencoba hidup mandiri dengan niat mendirikan usaha sendiri. “Orang tua pun mendukung sepenuhnya apa yang telah menjadi pilihan saya, hidup mandiri,” tandas Nurul.
Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.
Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di California Fried Chicken (CFC). Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orang tuanya.
Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat kos yang jaraknya sekitar lima kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai satu kilometer. “Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot,” ujarnya mengenang.
Kamar kos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3X3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul kurang lebih selama lima bulan, sampai ia mendapat mess dari kantornya.
Buka usaha
Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun, Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta yang baru dipacarinya dua bulan. “Saat itu, saya sudah menjadi manager di CFC Yogya,” ujar Nurul.
Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikarunia momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonomian keluarga dengan membuka usaha roti.
Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.
Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. “Saya mantap keluar karena ingin mandiri,” ujarnya.
Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.
Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan. Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.
Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966 ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.
Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.
Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusias masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cujup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tampa mengeluarkan modal uang sepeser pun. “Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan saja,” ujarnya.
Beruntung, kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. “Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya,” tandas Nurul.
Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakni bahwa usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken.
Daus – Bekas
Kenek Yang Sukses Di Negeri Paman Sam
Di tengah
trafic kota London Firdaus Ahmad menyetir Mercedes 120 CDI dengan tenang. Mobil
yang sanggup mengangkut sepuluh orang itu adalah kendaraan “dinas” laki-laki 54
tahun ini dari rumah ke restorannya.
Nusa Dua Restaurant berdiri di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda itu. “Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng,” kata Daus.
Selain itu, ada banyak makanan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana ketika restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.
Resto ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.
Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan SMA 1 Indramayu ini termangu dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut pasti baru mendarat setelah penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. “Saat itu saya baru tahu arti ‘exit’ itu keluar,” katanya, terbahak.
Daus lalu bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya adalah tukang masak asal Malaysia. Resto itu kini jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya adalah pemilik lama, bekas majikan Daus.
Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.
Nusa Dua Restaurant berdiri di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda itu. “Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng,” kata Daus.
Selain itu, ada banyak makanan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana ketika restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.
Resto ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.
Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan SMA 1 Indramayu ini termangu dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut pasti baru mendarat setelah penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. “Saat itu saya baru tahu arti ‘exit’ itu keluar,” katanya, terbahak.
Daus lalu bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya adalah tukang masak asal Malaysia. Resto itu kini jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya adalah pemilik lama, bekas majikan Daus.
Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.
Pada 1991 ia sudah menikahi Usya Suharjono, perempuan manis yang tengah kuliah kesekretariatan di London. Ayah Usya adalah wartawan radio BBC seksi Indonesia. Ia mengikuti orang tuanya ke London setelah lulus SMA 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.
Usya maju sebagai negosiator dengan bank karena ia fasih berbahasa Inggris. Daus hingga kini masih gagap. Kepada tiga anaknya, ia berbicara dalam bahasa Indonesia, tapi dijawab dalam bahasa Inggris. Usya membujuk bahwa resto itu merugikan RBS karena tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.
Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan tepat waktu. ”Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,” katanya. Deal. RBS ternyata setuju.
Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, ia memasak, ia pula yang melayani pembeli. Karena makanan racikannya enak, pelanggan lama kembali, dan pembeli baru berdatangan. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound lunas.
Tabungannya mulai kembung. Daus membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan dekat sekolah anaknya. Rumah sembilan kamar itu kini disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu ”Wisma Indonesia”.
Daus-Usya
tinggal tak jauh dari situ. Tiga mobil nangkring di garasi. Semuanya Mercedes
yang harga satu unitnya rata-rata Rp 1,4 miliar. Daus kerap bolak-balik
London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih.
Setelah
semua pencapaian ini, Daus hanya punya satu cita-cita: pulang kampung setelah
anak-anaknya mandiri dan membuat taman pendidikan agama untuk anak-anak miskin.
Kesimpulan
: Jangan berhenti berusaha adalah kuncinya.
KESIMPULAN
Awalnya, saya hanya berimajinasi.
Namun saya pikir, apa salahnya dicoba. Berani mengambil keputusan untuk belajar
berwirausaha awalnya membuat saya ngeri sendiri setelah melihat persaingan yang
begitu ketat. Tapi berbekal keyakinan, kemauan, dan semangat, saya berusaha
untuk melebarkan sayap ke dunia wirausaha ini. Beberapa tips sukses menjadi
seorang wirausahawan juga menjadi penolong saya dalam memotivasi. Selamat
membaca 1. Awali Dengan Impian dan Imajinasi
2. Semangat dan KegigihanAntusiasme
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-dasar Bisnis
4. Berani Mengambil Resiko
5. Kerja Keras
6. Mau Belajar Dari Pengalaman Orang Lain
7. Bersedia Menerima kritikan dan Nasehat Dari Orang Lain
8. Menjalin Kerjasama Dengan Orang Lain
9. Berani Menghadapi Kegagalan
10. Tidak Suka Menunda
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
THANK
YOU
MATUR
SUWUN
TERIMA
KASIH
wawo,,,,,banyak banget post nya,,,jadi nambah info banyak ni aku,,,,makasih
BalasHapuskunjungi blog ku ya,,http://desaekowisata.blogspot.com
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/bukan-fisik-5-hal-ini-bikin-wanita.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/7-bahan-alami-di-dapur-anda-untuk.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/pekan-depan-matahari-bakal-lebih-terik.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!
terimakasih telah menulis artikel yang menginspirasi, sangat bermanfaat...
BalasHapusAplikasi Kasir Restoran Android