Breaking News
Loading...
Senin, 04 November 2013

Info Post


Arifdiarto Ambar Wirawan (Kelik) – Lulusan SMA Jadi Pengusaha Sukses

Di balik kesuksesan pasti ada yang melatarbelakangi , dan kesuksesan mestinya di mulai dari nol dulu. Memang tidak gampang menjadi orang sukses, butuh usaha keras untuk mencapainya.
Kebanyakan lulusan perguruan tinggi yang sudah menjadi sarjana, bekerja di kantoran dengan setelan jas yang parlente dan mendapat gaji banyak dengan pangkat yang tinggi adalah hal yang menjadi mimpi mereka. Tapi, apakah mimpi itu semanis kenyataan yang ada? Sama sekali tidak. Bagi kalian yang sudah sarjana dan masih menjadi pengangguran, tidak ada salahnya anda menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu tidak akan menjadi anda hina atau mendadak tidak diakui kesarjanaan anda.
Dan jangan sekalipun meremehkan hal kecil dan jangan sekalipun meremehkan orang yang tidak selevel anda kesarjanaannya. Simak kisah seorang lulusan SMA yang sukses menjadi pengusaha muda yang menggeluti usaha makanan ringan dan jika dibandingkan dengan gaji seorang manajer bank, penghasilan pengusaha muda ini jauh berlipat lebih besar.
Kelik, Lulusan SMA yang Jadi Pengusaha Sukses
Meski hanya lulusan sekolah menengah atas, Arifdiarto Ambar Wirawan (35) atau yang akrab disapa Kelik berhasil menjadi pengusaha sukses. Usaha geplak dan peyek tumpuk yang sudah digelutinya selama 10 tahun ini mampu meraih omzet hingga Rp 60 juta per bulan.
Dengan margin 30 persen, Kelik bisa menyisakan keuntungan sekitar Rp 18 juta per bulan. Nilai yang luar biasa bagi pengusaha di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Meski sudah sukses, ia belum merasa puas. Penambahan cabang gerai baru di kota lain menjadi obsesinya ke depan.
Kelik membuka usaha geplak dan peyek tumpuk bersama istrinya, Sri Kasih (32), di Jalan Wahid Hasyim, Bantul. Toko berukuran 5 x 8 meter itu berdampingan dengan rumah tempat tinggalnya sekaligus lokasi produksi. Dulu, toko itu hanya berupa bangunan bambu, tetapi kini sudah berkembang menjadi bangunan permanen dengan desain lebih menarik.
Dalam sehari, Kelik membutuhkan sekitar 2,5 kuintal gula pasir untuk membuat geplak. Untuk peyek tumpuk, ia butuh sekitar 50 kilogram kacang dan 25 kilogram tepung beras per hari. Untuk membantunya berproduksi, ia mempekerjakan 20 tenaga kerja.
Apa istimewanya geplak buatan Kelik. Menurut dia, ia hanya menggunakan gula asli tanpa pemanis sehingga rasa manisnya lebih mantap. Tak heran jika geplak yang dijual seharga Rp 16.000 per kilogram itu laris manis. ”Kalau bentuknya hampir sama produk milik orang lain, tetapi dari segi rasa, konsumen bisa membedakannya,” katanya.
Untuk membuat geplak, ia memakai kelapa, gula, dan aroma sesuai selera. Proses pembuatan geplak diawali dengan pemarutan kelapa lalu santannya ditempatkan di kuali dan dicampur dengan gula kemudian diaduk. Setelah dinaikkan ke tungku sekitar 4 jam, lalu diturunkan dan diberi aroma, olahan itu kemudian dibentuk dan diangin-anginkan selama 10 menit.
Menurut Kelik, produknya yang dinilai istimewa adalah peyek tumpuk. Sesuai dengan namanya, peyek tersebut dibuat dengan cara menyusun sehingga membentuk rangkaian peyek. Berbeda dengan peyek pipih yang dimasak dengan satu kali penggorengan, peyek tumpuk digoreng selama tiga kali.
Pertama, penggorengan dimaksudkan untuk membuat susunan peyek. Setelah terbentuk susunan, peyek dipindahkan ke penggorengan kedua. Pada penggorengan pertama, nyala api harus kuat agar efek panasnya tinggi. Tujuannya supaya kacangnya bisa lekas matang. Di penggorengan kedua, nyala api justru lebih kecil karena tujuannya supaya peyek secara keseluruhan bisa matang. ”Kalau apinya terlalu besar, bisa gosong,” ujar bapak tiga anak ini.
Sebelum masuk ke penggorengan terakhir, peyek terlebih dahulu diangin-anginkan selama semalam. Tujuannya supaya peyek benar-benar renyah dan gurih. Peyek tersebut dijual seharga Rp 32.000 per kilogram. Untuk proses pengapian, ia memanfaatkan tempurung kelapa.
”Untuk membuat peyek dan geplak, dalam sehari saya butuh sekitar 750 butir kelapa. Kalau tempurungnya tidak saya manfaatkan kan sayang. Hitung-hitung, ongkos produksi bisa ditekan, apalagi harga gas dan minyak tanah sudah sangat mahal,” katanya.
Ide pembuatan peyek tumpuk sebenarnya berasal dari mertuanya yang kebetulan bernama Mbok Tumpuk. Sebagai menantu, Kelik berhasil meningkatkan usaha mertuanya dengan tetap mempertahankan nama Mbok Tumpuk sebagai identitas produknya.
Menurut Kelik, membuka usaha di bidang makanan awalnya tergolong susah. Karena belum dikenal masyarakat, biasanya penjualan masih minim. Kalau tidak kuat, si pengusaha bisa saja memutuskan untuk berhenti.
”Bagi saya, usaha butuh konsistensi. Meski awalnya tidak laku, saya harus terus berproduksi. Saya tidak boleh menyerah. Konsistensi juga faktor utama untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan,” paparnya.
Selain konsistensi, lanjut Kelik, faktor kejujuran juga memegang peranan penting. Kepada pembeli, ia selalu menginformasikan soal masa kedaluwarsa produknya. Kalau waktunya tinggal sedikit, ia menyarankan pembeli tidak mengambilnya, apalagi jika peyek atau geplak tersebut akan dibawa ke luar kota.
Kelik hanya menjual geplak dan peyeknya di toko sendiri. Ia sengaja tidak menitipkannya ke toko-toko lain meski banyak permintaan. Ia khawatir bila dititipkan, harga dan kualitas tidak bisa terkontrol. ”Bisa saja di toko lain produk kami dijual sangat mahal. Mereka juga bisa saja menjual produk kedaluwarsa. Kalau sudah begitu, citra kami pasti hancur,” katanya.
Ia berharap bisa membuka gerai sendiri di kota-kota besar. Dengan pengendalian sendiri, ia yakin usahanya bisa maju karena semuanya lebih terkontrol. Sampai sekarang saja, Kelik bersama istri masih terlibat langsung dalam proses peracikan bumbu.
”Jangan terlalu percaya dengan karyawan. Semuanya harus kami monitor selama kami masih sanggup,” ujarnya.


Kesimpulan : Jujur dan pantang menyerah itulah kuncinya










Muhammad Rozin – Ayam Penyet Kesuksesan

BISNIS AYAM PENYET — Meski kesuksesan hidup telah diperoleh Muhammad Rozin atau akrab disapa Pakde , tidak membuatnya merubah penampilannya yang sederhana dan bersahaja. Pakde merupakan pria pemilik warung makan ayam penyet Budhe di Bengkong, Batam, Kepulauan Riau. Berkat usaha warung makan ayam penyet inilah ia bisa membeli rumah, mobil dan berbagai keperluan hidupnya. Tidak hanya satu warung makan ayam penyet yang telah didirikan, ada beberapa rumah makan ayam penyet yang ia kelola di Batam. Pengunjungnya bisa mencapai ratusan orang per hari.

Namun siapa sangka ternyata perjalanan Pakde mendirikikan rumah makan ini cukup panjang dan berliku. Semua dilakukannya dari nol dan miskin pengalaman. Awal pertama kali Pakde hijrah ke Batam pada tahun 1965, ia tidak memiliki pekerjaan sehingga ia terpaksa harus bekerja serabutan.
Berbekal uang 625 ribu ia memulai profesi sebagai tukang ojek, uang tersebut digunakan untuk menyewa sebuah sepeda motor selama sebulan. Namun tak lama kemudian, sepeda motor yang ia sewa itu disewakan ke orang lain. Pakde hanya menerima setoran dari uang sewa ojek tersebut.
Dari hasil setoran menyewakan ojek tersebut ia jadikan modal untuk membuka warung ayam penyet. Dalam mengelola usaha warung ayam penyet ini Pakde barbagi tugas dengan isterinya, isterinya diberi tugas sebagai manajer keuangan. Modal yang ia gunakan untuk membuka usaha warung ayam penyet ini hanya 1,2 juta. Selain usaha warung ayam penyet, Pakde juga menjalankan usaha warung sembako.
Ketelatenannya menjalankan setiap usaha membuat kehidupan Pakde semakin membaik, meski ia tetap mendapatkan penghasilan dari ojek, ia memiliki penghasilan dari warung ayam penyet dan warung sembako.
Dalam mengelola usaha ayam penyet , Pakde tidak sembarangan dalam masalah bumbu. Bumbu harus 100 persen asli, tidak boleh ada campuran atau imitasi. Sehingga, rasanya tetap lezat dan membuat pelanggan kangen mencobanya lagi.
Selain masalah citarasa kiat sukses usaha warung ayam penyet tergantung juga pada lokasi. Karena itu Pakde Selalu melakukan survey lokasi-lokasi yang kira-kira strategis untuk usaha ayam penyet. Cara survey lokasi untuk usaha ayam penyet cukup sederhana, pukul 00.00 WIB ke atas, dia menyurvei lokasi yang akan didirikan usaha. Jika lokasi tersebut ramai, maka dipastikan tempat itu cocok untuk usaha dagang.
Kesuksesan pakde dengan ayam penyet tidak lepas dari kegigihan dan ketekunannya merintis usaha dan mengumpulkan modal sedikit demi sedikit. Hinga kini menjadi pengusaha ayam penyet sukses di kota Batam.
Kesimpulan : Telaten dalam menjalankan suatu usaha adalah salah satu kunci sukses wirausaha











Rustono – Tempe Idonesia Di Negeri Sakura
Terlahir di kota kecil Grobogan, Jawa Tengah ternyata tidak menyurutkan semangat juang Rustono (43) untuk meraih mimpi besarnya. Siapa sangka bila seorang mantan bell boy Hotel Sahid Yogyakarta ini sekarang bisa sukses merintis usaha tempe di negeri sakura (Jepang) serta mendapatkan gelar khusus yakni The King of Tempe.


Meskipun bisnisnya kini telah berkembang dengan pesat, namun perjalanan suksesnya dalam membangun usaha tempe tidaklah semulus apa yang kita bayangkan. Setelah memutuskan untuk menuntut ilmu di Akademi Perhotelah Sahid pada tahun 1987, Ia kemudian merintis karirnya sebagai seorang bell boy di Hotel Sahid Yogyakarta hingga bertahun-tahun lamanya. Pengalaman inilah yang kemudian mempertemukan Rustono dengan seorang wanita asli Jepang bernama Tsuruko Kuzumoto, yang kini telah dipersunting sebagai istrinya.

Di tahun 1997, Rustono memutuskan untuk hijrah ke Kyoto, Jepang untuk melanjutkan hidup baru bersama istri tercintanya. Dari sinilah perjuangan Rustono mulai dirintis dari awal. Ia bekerja di beberapa perusahaan Jepang mulai dari perusahaan sayur-mayur higga perusahaan roti yang semuanya menuntut ketelitian dan tanggungjawab cukup besar dari para karyawannya. Rustono yang saat itu berprofesi sebagai seorang karyawan, mendapatkan banyak ilmu dari masyarakat di negeri matahari terbit tersebut, baik dari perilaku hidup sehari-hari maupun dari segi etos kerja para karyawan yang relatif cukup tinggi.
Awal Merintis Usaha Tempepengusaha sukses 133x200 Sukses Merintis Usaha Tempe di Negeri Sakura

Berbekal pengalaman dan pengetahuannya di beberapa sektor industri, hati kecil Rustono mulai terdorong untuk membuka peluang bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya di Negara Jepang. Terinspirasi dari makanan nato (sebangsa makanan dari kedelai yang rasanya sangat khas orang Jepang), ayah dari Noemi Kuzumoto ini mencoba menekuni sektor bisnis makanan dan membuat tempe dengan sedikit pengetahuan yang pernah Ia ketahui.

Proses trial and error Ia jalani kurang lebih selama empat bulan, bahkan Ia rela pulang ke Indonesia selama tiga bulan hanya untuk belajar membuat tempe yang lezat dari 60 pengrajin tempe di seluruh Pulau Jawa. Kuatnya tekad dan semangat Rustono untuk terus belajar memproduksi tempe, akhirnya membuahkah hasil manis sehingga Ia berhasil membuat tempe yang lezat dengan bantuan ragi dari Indonesia, dan memanfaatkan sumber mata air di sekitar kediaman mertuanya.

Setelah berhasil memproduksi tempe dengan sempurna, ternyata masih banyak kendala usaha yang dihadapi oleh Rustono. Salah satunya yaitu mengenai izin produksi di Negara Jepang yang cukup rumit (harus melalui berbagai tahap penelitian dan tes), serta kendala iklim alam yang kurang bersahabat karena memiliki kelembapan udara kurang dari 60%, sehingga proses fermentasi tempe tidak bisa berjalan maksimal tanpa bantuan peralatan khusus yang bisa menjaga kestabilan cuaca.

Semua kendala tersebut dijadikannya sebagai sebuah tantangan baru, hingga pada akhirnya Ia berhasil mengantongi perizinan dari pemerintah setempat dan memasarkan produk tempenya dengan merek Rusto Tempeh yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar suasana kehidupan kampung di Pulau Jawa. Dengan memanfaatkan kemasan produk 200 gram, sekarang ini kapasitas produksi Rusto Tempeh bisa mencapai 16.000 bungkus setiap lima hari. Ia memasarkan produk tempenya hampir ke seluruh kota di Jepang, baik di perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di Fukuoka.

Kerja keras dan semangat juang Rustono di negeri sakura, kini telah terbayar dengan keberhasilan usaha tempe yang Ia rintis. Bila dulunya usaha tempe Rustono dijalankan di rumah kecilnya, kini suami Tsuruko Kuzumoto ini telah membangun pabrik tempe di kawasan pinggir hutan yang bermata air dan memanfaatkan lahan seluas 1.000 meter2. Semoga kisah pengusaha sukses dari Grobogan, Jawa Tengah ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk segera memulai usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.



Kesimpulan : Bekerja keras dan pantang menyerah dalam menggeluti suatu usaha akan membuahkan hasil positif dalam suatu usaha
















Nurul Atik – Cleaning Service Jadi Boss

Bekerja sebagai cleaning service merupakan awal mimpinya untuk hidup mandiri dan dapat membiayai kuliah. Namun, karena kesibukannya bekerja sebagai cleaning service di restoran cepat saji tersebut, Nurul Atik harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikannya. Ia malah membangun sendiri usaha makanan cepat saji yang kini sukses.
Anda pasti pernah mendengar ungkapan: “Orang yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.” Ungkapan ini mungkin cocok disematkan bagi seorang Nurul Atik. Pria asal Jepara ini menapaki kesuksesan dari jalan berliku.
Mantan cleaning service ini sekarang memiliki Rocket Chicken, perusahaan waralaba di bidang makanan cepat saji. Kini, ia memiliki 83 mitra di seluruh Indonesia. Ia mendapat pembayaran biaya royalti hingga Rp 100 juta dari para mitra.
Sebelum menjadi Presiden Direktur Rocket Chicken, Nurul bekerja sebagai seorang cleaning service di California Fried Chicken (CFC) di Semarang, Jawa Tengah. Dari seorang tukang bersih-bersih resto cepat saji, kini dia menjadi bos resto cepat saji milik sendiri.
Kisah Nurul dalam menapaki dunia kerja berawal ketika ia lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), 20 tahun lalu. Lantaran ingin meringankan beban orang tua, Nurul pun berencana untuk melanjutkan kuliahnya dengan biaya sendiri.
Sempat menganggur selama setahun mencari pekerjaan, Nurul akhirnya diterima bekerja di CFC di Jalan Pemuda Semarang. Nurul bekerja sesuai dengan profesi yang dibutuhkan pada saat itu yakni sebagai cleaning service alias tukang bersih-bersih di restoran cepat saji itu.
Selama tiga bulan, Nurul menjadi karyawan dengan status trainee. Gaji pertama Nurul sebagai cleaning service pada saat itu hanya Rp 35.000 per bulan. Ia harus membagi gaji itu untuk kebutuhan makan, kos, dan biaya transportasi. Dengan jumlah gaji yang pas-pasan tersebut, sering ia harus berutang pada rekan-rekannya di CFC.
Karena kinerjanya yang bagus, ia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Selang tiga bulan berjalan, akhirnya Nurul diangkat menjadi tukang cuci piring selama empat bulan.
Ia cepat bergeser ke posisi juru masak selama empat bulan. Karena kinerjanya semakin hari semakin baik Nurul diangkat lagi menjadi kasir selama enam bulan. Tak hanya sampai di situ, Nurul lalu naik pangkat menjadi seorang supervisor selama satu tahun.
Nurul juga mengecap posisi sebagai asisten manajer selama dua tahun di perusahaan yang sama. Karena kekosongan di bagian audit, Nurul kemudian menggantikan posisi tersebut selama tiga bulan. Tak memerlukan waktu yang lama, pria yang kini berusia 42 tahun ini mengecap posisi manajer areal selama dua tahun.
Posisi manajer areal mengharuskan Nurul berkeliling dari kota satu ke kota yang lain untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan baru mulai dari berbagai kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Magelang, dan Solo, hingga Yogyakarta.
Dengan kesibukannya bekerja di restoran cepat saji tersebut, Nurul mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. “Pada saat menjadi cleaning service, ternyata jam kerjanya shift sehingga saya tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keinginan untuk kuliah,” tutur Nurul.
Namun, ia tak putus asa. Nurul mempunyai jurus jitu dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata. “Setiap melangkah kita harus memiliki niat yang kuat dan harus ditekuni,” tandas Nurul.
Ia juga mengungkapkan, dalam menjalankan segala kegiatan harus dilandasi dengan percaya diri dan semangat. Menurutnya, ia mendapat banyak pelajaran selama bekerja di restoran cepat saji CFC. Ia banyak mendapat ilmu dari rekan-rekannya yang berkerja di tempat tersebut, dari mulai menghargai hidup sampai pada pengelolaan restoran.
Pada saat bekerja sebagai cleaning service di CFC, Nurul memang tidak memikirkan jumlah pendapatan atau gaji yang ia terima. Ia hanya terus berpikir untuk bekerja sambil belajar apa saja yang didapatnya kala itu.
Karena keinginan yang kuat untuk hidup mandiri itu, Nurul memutuskan mencoba hidup mandiri dengan niat mendirikan usaha sendiri. “Orang tua pun mendukung sepenuhnya apa yang telah menjadi pilihan saya, hidup mandiri,” tandas Nurul.
Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.
Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di California Fried Chicken (CFC). Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orang tuanya.
Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat kos yang jaraknya sekitar lima kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai satu kilometer. “Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot,” ujarnya mengenang.
Kamar kos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3X3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul kurang lebih selama lima bulan, sampai ia mendapat mess dari kantornya.
Buka usaha
Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun, Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta yang baru dipacarinya dua bulan. “Saat itu, saya sudah menjadi manager di CFC Yogya,” ujar Nurul.
Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikarunia momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonomian keluarga dengan membuka usaha roti.
Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.
Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. “Saya mantap keluar karena ingin mandiri,” ujarnya.
Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.
Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan. Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.
Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966 ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.
Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.
Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusias masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cujup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tampa mengeluarkan modal uang sepeser pun. “Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan saja,” ujarnya.
Beruntung, kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. “Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya,” tandas Nurul.
Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakni bahwa usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken.








Daus – Bekas Kenek Yang Sukses Di Negeri Paman Sam



Di tengah trafic kota London Firdaus Ahmad menyetir Mercedes 120 CDI dengan tenang. Mobil yang sanggup mengangkut sepuluh orang itu adalah kendaraan “dinas” laki-laki 54 tahun ini dari rumah ke restorannya.

Nusa Dua Restaurant berdiri di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda itu. “Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng,” kata Daus.

Selain itu, ada banyak makanan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana ketika restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.

Resto ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.

Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan SMA 1 Indramayu ini termangu dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut pasti baru mendarat setelah penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. “Saat itu saya baru tahu arti ‘exit’ itu keluar,” katanya, terbahak.

Daus lalu bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya adalah tukang masak asal Malaysia. Resto itu kini jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya adalah pemilik lama, bekas majikan Daus.

Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.



Pada 1991 ia sudah menikahi Usya Suharjono, perempuan manis yang tengah kuliah kesekretariatan di London. Ayah Usya adalah wartawan radio BBC seksi Indonesia. Ia mengikuti orang tuanya ke London setelah lulus SMA 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.

Usya maju sebagai negosiator dengan bank karena ia fasih berbahasa Inggris. Daus hingga kini masih gagap. Kepada tiga anaknya, ia berbicara dalam bahasa Indonesia, tapi dijawab dalam bahasa Inggris. Usya membujuk bahwa resto itu merugikan RBS karena tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.

Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan tepat waktu. ”Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,” katanya. Deal. RBS ternyata setuju.

Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, ia memasak, ia pula yang melayani pembeli. Karena makanan racikannya enak, pelanggan lama kembali, dan pembeli baru berdatangan. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound lunas.

Tabungannya mulai kembung. Daus membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan dekat sekolah anaknya. Rumah sembilan kamar itu kini disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu ”Wisma Indonesia”.

Daus-Usya tinggal tak jauh dari situ. Tiga mobil nangkring di garasi. Semuanya Mercedes yang harga satu unitnya rata-rata Rp 1,4 miliar. Daus kerap bolak-balik London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih. 

Setelah semua pencapaian ini, Daus hanya punya satu cita-cita: pulang kampung setelah anak-anaknya mandiri dan membuat taman pendidikan agama untuk anak-anak miskin.

Kesimpulan : Jangan berhenti berusaha adalah kuncinya.




















KESIMPULAN
Awalnya, saya hanya berimajinasi. Namun saya pikir, apa salahnya dicoba. Berani mengambil keputusan untuk belajar berwirausaha awalnya membuat saya ngeri sendiri setelah melihat persaingan yang begitu ketat. Tapi berbekal keyakinan, kemauan, dan semangat, saya berusaha untuk melebarkan sayap ke dunia wirausaha ini. Beberapa tips sukses menjadi seorang wirausahawan juga menjadi penolong saya dalam memotivasi. Selamat membaca :)
1. Awali Dengan Impian dan Imajinasi
2. Semangat dan KegigihanAntusiasme
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-dasar Bisnis
4. Berani Mengambil Resiko
5. Kerja Keras
6. Mau Belajar Dari Pengalaman Orang Lain
7. Bersedia Menerima kritikan dan Nasehat Dari Orang Lain
8. Menjalin Kerjasama Dengan Orang Lain
9. Berani Menghadapi Kegagalan
10. Tidak Suka Menunda








PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



THANK YOU
MATUR SUWUN
TERIMA KASIH
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

3 komentar:

  1. wawo,,,,,banyak banget post nya,,,jadi nambah info banyak ni aku,,,,makasih
    kunjungi blog ku ya,,http://desaekowisata.blogspot.com

    BalasHapus
  2. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/bukan-fisik-5-hal-ini-bikin-wanita.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/7-bahan-alami-di-dapur-anda-untuk.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/pekan-depan-matahari-bakal-lebih-terik.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus
  3. terimakasih telah menulis artikel yang menginspirasi, sangat bermanfaat...
    Aplikasi Kasir Restoran Android

    BalasHapus